Ikmal ‘Kecehan’ Bantu Korban Banjir

ikmal

WALIKOTA Tegal terpilih H Ikmal Jaya SE AK bersama rombongan, Sabtu (22/11) petang, meninjau lokasi banjir di Kelurahan Kaligangsa, dan Kelurahan Krandon, Kecamatan Margadana, Kota Tegal.

 

Selain mengecek kedalaman air, Ikmal juga berdialog dengan sejumlah masyarakat yang jadi korban banjir dan membagikan bantuan 4000 mie instan. Karena banjir pada tahun ini (2008, red) cukup dalam, bahkan ratusan rumah terendam air.

 

Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) Kota Tegal diminta untuk secepatnya turun ke lokasi banjir, untuk penyaluran bantuan.

 

Saat dikonfirmasi Radar disela-sela pelaksanaan tinjauan lokasi banjir, Walikota Tegal terpilih H Ikmal Jaya SE AK, mengatakan, sebenarnya pihaknya sedang berada diluar kota, tapi ada informasi akibat diguyur hujan semalam suntuk beberapa titik di Kecamaatan Margadana, khususnya Kelurahan Kaligangsa, dan Kelurahan Krandon terendam air banjir.

 

Karena ingin melihat langsung lokasi banjir, maka pihaknya membatalkan sebagian acara dan langsung pulang menuju Kota Tegal, dan ternyata benar. Ini bukan musibah banjir yang kali pertama, sebab pada tahun-tahun sebelumnya Kecamatan Margadana selalu mengalami bencana banjir saat musim hujan tiba.

 

“Bencana banjir tahun ini lebih parah, jika dibandingkan pada tahun 2007. Sebab pada tahun 2007 kedalaman air hanya berkisar setengah sampai satu meter, tapi kali ini kedalaman air mencapai satu meter lebih. Bahkan ratusan rumah terendam banjir,” kata Ikmal.

 

Dijelaskan Ikmal, sebagai bentuk kepedulian, pihaknya secara pribadi sengaja datang dan berdialog dengan masyarakat korban banjir, sambil membagikan mie instan. Pemberian bantuan yang akan diberikan tidak akan berhenti pada hari ini (Sabtu, red), selama air banjir masih menggenangi rumah penduduk, pihaknya akan menyalurkan bantuan kepada masyarakat korban banjir.

 

Sedangkan untuk Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal pihkanya telah berkoordinasi dengan Kantor Kesbanglinmas, untuk secepatnya turun ke lokasi banjir dan menyalurkan bantuan.

 

“Karena ini sudah tergolong bencana alam, maka kami minta Pemkot Tegal melalui Kesbanglinmas untuk turun ke lokasi banjir, guna memberikan bantuan kepada masyarakat korban kebanjiran. Selain itu, kami juga minta Pemkot melakukan antisipasi atau tindakan pasca bencana banjir. Karena biasanya masyarakat terjangkit penyakit gatal-gatal, dan Ispa,” jelasnya.

 

Menurutnya, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin, agar bencana banjir yang setiap tahun menimpa Kecamatan Margadana tidak terjadi lagi pada tahun 2009 mendatang.

 

Apalagi pada tahun 2008, Pemkot Tegal telah membuat DED pembuatan polder (embung, red) seluas 3 hektar, guna menampung air. Pihaknya berharap pelaksanaan pembangunan polder tidak dilakukan dua tahun anggaran, karena sifatnya darurat.

 

Maka Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang telah merencanakan pembangunan polder dilakukan secara bertahap agar ditinjau ulang. Pembangunan polder diharapkan bisa diselesaikan pada tahun 2009, kalau sudah terlanjur dianggarkan dua tahap.

 

Maka pada ubahan APBD tahun 2009, pihaknya akan berusaha mengajukan anggaran penyelesaikan pembangunan polder, sehingga tidak harus menunggu APBD tahun 2010.

 

“Pembangunan polder di Kecamatan Margadana sudah sangat mendesak, apalagi lahannya yang akan digunakan sudah ada. Sehingga untuk apa harus ditunda-tunda, dengan sistem pembangunan bertahap. Kami yakin anggota DPRD juga mau menyetujui anggaran pembangunan polder, walaupun biayanya cukup banyak, yakni mencapai Rp 8 miliar,” tuturnya.

 

Kepala Kantor Informasi dan Humas (Infomas) Kota Tegal, Drs H Khaerul Huda, saat dikonfirmasi Radar, mengungkapkan, Pemkot Tegal melalui Kesbanglinmas Kota Tegal telah meninjau lakasi banjir dan menyalurkan bantuan makanan kepada masyarakat yang jadi korban banjir di Kecamatan Margadana. Bahkan secara resmi Muspida Kota Tegal juga telah mengecek lokasi banjir, khususnya dibeberapa titik yang dinilai kedalaman airnya cukup dalam.

 

“Kami akan mengecek penyebab kebanjiran, untuk dicarikan solusinya. Namun melalui APBD 2008, Pemkot telah membuat DED pembangunan polder di Kecamatan Margadana. Sedangkan untuk pembangunannya, akan dimulai pada tahun 2009,” ungkap Khaerul.

 

Sementara itu, Wargo, penduduk Kelurahan Kaligangsa, menyatakan, banjir Kecamatan Margadana rutin (langganan, red), setiap tahun pasti terjadi. Hal ini sudah terjadi sekitar 18 tahun lalu, tapi belum ada penanganan yang serius dari pemerintah.

 

Bahkan pada tahun sembilan puluhan, kedalaman air banjir hampir mencapai 2 meter. Sehingga semua rumah penduduk terendam air, sampai sekitar empat hari. Karenanya agar pada tahun 2009 tidak terjadi lagi, pihaknya minta keseriusan pemerintah untuk penanganan banjir.

 

“Warga selalu was-was setiap turun hujan, khususnya kalau hujan malam hari. Karena kami mendesak agar pemerintah mau memperhatikan nasib warga Kecamatan Margadana, agar tidak merasa was-was lagi kalau turun hujan,” pintanya. (*)

 

Tinggalkan komentar