Dalban Hewan Langka Antik

GARA-GARA nuruti wangsit yang diterima istrinya melalui mimpi, kepala Dalban masih nyut-nyutan sampai sekarang. Diapun harus menanggung beban yang harus diselesaikannya.
Saat itu istrinya bermimpi melihat Pemilu di masa depan, dan Dalban akan masuk dalam daftar calon legislatif yang jadi dan akan ikut dilantik karena perolehan suaranya sangat mencengangkan.
Tidak hanya itu, masih dalam wangsit mimpi istrinya, Dalban pada akhirnya akan dipercaya anggota dewan terpilih lain untuk menjadi ketua DPRD.
Awalnya, Dalban hanya menganggap angin lalu saja mendengar cerita istrinya yang sangat bersemangat. Apalagi istrinya mengatakan, sejumlah fasilitas seperti mobil, uang tunjangan yang tidak sedikit, dan juga mendapatkan fee dari setiap proyek yang ditenderkan. Jelas akan menjadi jaminan masa depan perekonomian yang menggiurkan.
Dalban sendiri awalnya tidak begitu nggagas mimpi istrinya itu. Namun kuatnya desakan dan rayuan istrinya, apalagi disertai dengan ancaman tidak akan dikasih ‘jatah’ malam yang itu jelas sangat ditakutinya, Dalban pun takluk.
Untuk modal nyaleg? “Tenang, saya masih simpan tabungan. Dan untuk menggenapi, nanti hutang saja 50 juta ke Jablud. Kan pasti jadi ketua dewan, jangan kuatir lah nanti akan kita kembalikan,” kata istri Dalban mantap.
Singkat cerita, akhirnya Dalban pun dihutangi Rp 50 juta dan bisa ikut nyaleg. Semua proses dilewati Dalban dengan mantap. Saat tes kesehatan yang biayanya sudah sampai juta-jutaan dan membuat calon lainnya pada bingung, Dalban tetap tenang. Wong mau jadi ketua dewan….
Proses kampanye sampai rekruitmen tim sukses dan juga gerilya ke rumah-rumah dilakukan. Termasuk melakukan kegiatan sosial, tak ketinggalan.
Namun! Setelah pemilihan, ternyata perolehan suara Dalban tidak sesuai mimpi, jeblok dan gagal masuk DPRD. Dalban prengas-prenges saja sementara sang istri jadi pendiam berat.
Nah nyut-nyutan Dalban soal hutang Jablud Rp 50 juta, karena janjinya akan mengembalikan Rp 75 juta.
Menjelang hari H penagihan, Dalban nyut-nyutan kepalanya karena tak pegang uang. Sambil nyruput kopi pahitnya, terlintas idenya. Langsung dia panggil sang istri mengenai siasatnya. Setelah sempat berdiskusi, akhirnya rencana itu matang dengan sempurna.
Akhirnya Jablud datang juga. Sang istri yang menemui. Dia mengatakan, Dalban sedang mencari makanan hewan kesayangan yang baru datang kemarin diwariskan dari orang tuanya.  
“Kami baru kedatangan hewan antik yang bisa membawa hoki luar biasa bagi pemiliknya. Hewan ini sangat ajaib sehingga harus kami rawat sebaik-baiknya. Pesan kakek saat menyerahkan, hewan ini tidak boleh dilihat oleh sembarangan orang karena akan menurunkan khasiatnya.”
Jablud pun menjadi penasaran dan menanyakan hewan apa sebenarnya yang ajaib itu. “Ini kuda berkaki tiga sejak lahir. Keajaibannya sendiri kepalanya mirip kepala manusia.”
Jablud pun kemudian merajuk ingin melihat hewan tadi. “Boleh melihat, tapi hati-hati karena hewan ini bisa jinak juga bisa liar jika dilihat orang. Melihatnya pun tidak boleh berdua, harus satu orang saja.”
Setengah dipaksa, akhirnya sang istri mengijinkan dan membawa Jablud ke kandang di belakang rumah. Setelah kunci dibebaskan, sang istri pamit ke depan memberi kesempatan Jablud melihat sendirian.
Namun alangkah kagetnya Jablud saat membuka pintu, tiba-tiba dari dalam keluar hewan kuda berbentuk aneh dengan kepala mirip Dalban berkaki tiga. Sekejap, hewan itu melesat pergi dengan suara dera kaki kuda aneh.
Jablud berusaha mengejar untuk menangkap kembali hewan tadi namun gagal karena langsung menghilang di semak-semak dan lenyap di hutan belakang rumah.
Saat itulah sang istri datang dan melihat kandang kosong.
Sesaat kemudian Dalban datang membawa karung. “Eh mas Jablud, sudah lama? Maaf membuat menunggu lama. Ini saya mencarikan makan hewan saya,” kata Dalban yang kemudian pura-pura melongo melihat hewan kesayangannya tidak ada lagi di tempatnya.
Karena merasa bersalah, Jablud kemudian meminta maaf. “Aduh hewan ini tidak ternilai harganya. Dibandingkan hutang saya kepada anda, belum ada apa-apanya. Ini sudah dipesan mau dibeli orang dari Mekah,” kata Dalban.
Akhirnya Jablud meminta maaf dan merelakan hutangnya lunas sebagai pengganti kerugian hilangnya hewan itu. Jablud pun berlalu dari rumah Dalban sambil bersungut-sungut.
Setelah Jablud hilang dari pandangan mata, Dalban beserta istri pun langsung bersorak gembira. “Tak bisa ngadalin rakyat untuk memilih saya, yang penting bisa ngadalin Jablud untuk melunaskan hutangnya dan tidak menagih lagi,” kata Dalban. (uyip)

Tinggalkan komentar